Jumat, 06 November 2015

SITUS LOTUNG TUOR MENDAPAT PERHATIAN PEMPROV KALTENG



Tim Dari Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kalteng melakukan pengukuran dan pemotretan rongsokan Kapal Perang Belanda Ondrus di Lotung Tuor, Kelurahan Jingah Muara Teweh
Rongsokan Kapal Perang Belanda Ondrus

MUARA TEWEH,-Seputar Barito Online- Situs peninggalan sejarah Lotung Tuwor tempat ditenggelamkannya kapal perang Kolonial Hindia Belanda Ondrus sekitar tahun 1860 an oleh para pejuang Dayak ternyata mendapat perhatian serius dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah,
Awal pekan lalu melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata  Provinsi Kalimantan Tengah mengirimkan tim turun ke lokasi bersejarah tersebut untuk mendapatkan fakta dan data yang akurat tentang situs yang melambangkan keberanian para pejuang-pejuang Dayak melawan kaum penajajah kolonial di kala itu.
Menurut sejarahnya, "Lotung Tuor" adalah sebutan dalam bahasa Dayak Tawoyan dan bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti "Tunggul Kayu Jelutung". Namun dalam hubungan ini adalah nama kampung Dayak yang dahulu sebelum peristiwa heroik tersebut terjadi merupakan kampung yang aman dan damai, namun karena kehadiran penjajah Hindia Belanda ke kawasan Barito, maka suasana kampung Lotung Tuor menjadi tidak aman.
Para tokoh adat, kepala Kampung bersama para pejuang Dayak  dikala itu bersepakat melakukan perlawanan terhadap kehadiran para penjajah yang berani singgah di kampung Lotung Tuor,  sehingga terjadilah peristiwa herorik kapal perang penjajah Belanda yang saat itu merapat di kampung tersebut berhasil ditenggelamkan oleh para pejuang Dayak, setelah sebelumnya terjadi perperangan yang sengit antara sardadu Belanda yang ikut Kapal Ondrus tersebut dengan para pejuang Dayak yang berada di darat.
Ditengah peperangan tersebut, ada salah seorang pejuang Dayak bernama Uroi yang berani berjibaku membuka salah satu kran air yang terdapat dilbambung kapal perang Ondrus,walaupun ia kemudian tewas ditembak sardadu Belanda.

Namun pengorbanan Uroi tadi tidak sia-sia, terbukanya kran tadi menyebabkan kapal tersebut terus kemasukan air dan akhirnya tenggelam ke dasar sungai Barito kurang lebih 30 meter dari tempat bertambat sebelumnya. Kabar tentang peristiwa ini menyebar ke hingga ke negeri Belanda, dikalangan pejuang kita dianggap  sebagai keberhasilan dari Temanggung yang berkuasa di wilayah tersebut saat itu.
Sehingga dari perisitiwa horoik tersebut lahirlah sebuah anekdot, "uroi ampun patoi. tamanggung ampun tarung", yang artinya Uroi mati tetapi temanggung yang punya nama, maksudnya, sesorang yang rela berkorban mungkin saja tidak akan mendapatkan sesuatu penghargaan atas pengorbanannya atau pengorbanan tadi justru dinimkati orang lain.
Tim dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata  Provinsi Kalimantan Tengah yang melakukan investigasi ke lokasi Situs Lotung Tuor tersebut dipimpin oleh Kepala Bidang Sejarah dan Purbakala Bambang Daryadie,SE didampingi Kasie Peninggalan Sejarah Bawah Air dan Nilai Sejarah Markurius, SH, Fungsional umum Abia dan , fungsional umum Gauri Vidya,S.Ant,

Tim tersebut selain melakukan investigasi lokasi kampung  di Lotung Tuor yang ada didarat dan melakukan pengukuran serta pemotretan rongsokan Kapal Ondrus juga melakukan penelusuran ke makam sardadu Belanda yang terdapat komplek kuburan Kristen di Kelurahan Lanjas Muara Teweh. (j/).