F
MUARA TEWEH, sungguh ironis, masyarakat yang bermukim sekitar tambang batubara ternyata masih hidup miskin.
Hal ini di kemukan Mantir Adat dan tokoh Adat Dayak Kecamatan Teweh Baru Ratekman kepada media ini seusai dialog dengan caleg partai Perindo Dr Supardi dan Jonio Suharto. Kamis (14/3) sore di Wahai Hajak.
Ditambahkan Ratekman selama ini masyarakyatnya yang bermukim disekitar tambang hidup miskin. "Sungguhpun sebagian dari kami mendapat konvensasi uang debu dan uang bising, tetapi dibandingkan dengan pengeluaran kami tidak sebanding". Ditambahkan Mantir Aguslamto, setiap hari mereka harus membeli air galonan rata2 10 ribu per hari yang sebelumnya ngambil gratis di sungai, karena sungai Wahai yang sebelumnya menjadi sumber air bersih warga saat ini tercemar keruh seperti susu.
Pihaknya sudah beberapa kali meminta kepada perusahaan maupun Pemerintah untuk membangun sarana air bersih. Namun hingga saat ini masih belum ada realisasinya.
Sementara itu usaha masyarakat menyadap karet saat ini harganya turun hampir tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga para petani karet. Sementara yang diterima bekerja di perusahaan hanya segelintir, itupun hanya sebagai sopir atau satpam saja. Mantir Ratekman mengharapkan CSR /CD Perusahaan tambang dan perkebunan yang ada di wilayahnya diwujudkan. (JS)
MUARA TEWEH, sungguh ironis, masyarakat yang bermukim sekitar tambang batubara ternyata masih hidup miskin.
Hal ini di kemukan Mantir Adat dan tokoh Adat Dayak Kecamatan Teweh Baru Ratekman kepada media ini seusai dialog dengan caleg partai Perindo Dr Supardi dan Jonio Suharto. Kamis (14/3) sore di Wahai Hajak.
Ditambahkan Ratekman selama ini masyarakyatnya yang bermukim disekitar tambang hidup miskin. "Sungguhpun sebagian dari kami mendapat konvensasi uang debu dan uang bising, tetapi dibandingkan dengan pengeluaran kami tidak sebanding". Ditambahkan Mantir Aguslamto, setiap hari mereka harus membeli air galonan rata2 10 ribu per hari yang sebelumnya ngambil gratis di sungai, karena sungai Wahai yang sebelumnya menjadi sumber air bersih warga saat ini tercemar keruh seperti susu.
Pihaknya sudah beberapa kali meminta kepada perusahaan maupun Pemerintah untuk membangun sarana air bersih. Namun hingga saat ini masih belum ada realisasinya.
Sementara itu usaha masyarakat menyadap karet saat ini harganya turun hampir tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga para petani karet. Sementara yang diterima bekerja di perusahaan hanya segelintir, itupun hanya sebagai sopir atau satpam saja. Mantir Ratekman mengharapkan CSR /CD Perusahaan tambang dan perkebunan yang ada di wilayahnya diwujudkan. (JS)