Rabu, 08 Oktober 2014

DAD BARITO UTARA HADIRI ACARA NAPAK TILAS PAKAT DAMAI TUMBANG ANOI

Sebagian rombongan DAD Barut yg menghadiri acara Napak Tilas Pakat Damai Tumbang Anoi
Tumbang Anoi,-SBO,- Dewan Adat Dayak (DAD) Barito Utara Kalimantan Tengah bersama sejumlah Damang Kepala Adat (DKA), Wakil Bupati Barito Utara Herby Ompie menghadiri acara Napak Tilas Pakat Damai Tumbang Anoi yang diselenggarakan di Palangka Raya dan di desa Tumbang Anoi, Kabupaten Gunung Mas tanggal 3 hingga 5 Oktober 2014. 



Rombongan DAD Barito Utara selain fungsionaris DAD dipimpin Sekretaris DAD Barito Utara Drs Jonio Suharto, M.IP, juga Wakil Bupati Barito Utara tiga orang Damang, masing-masing Damang Teweh Tengah, Damang Gunung Purei, Damang Montallat serta Ketua DAD Kecamatan Gunung Timang.
Untuk mencapai desa Tumbang Anoi yang terletak di kabupaten Gunung Mas, tepatnya di udik Sungai Kahayan memang perjalanan yang cukup melelahkan para peserta, selain letaknya tidak kurang dari 300 km dari kota Palangka Raya, juga kondisi jalannya yang sebagian besar masih merupakan jalan tanah diperkeras, juga melintasi perbukitan dengan tanjangan yang cukup menguji adrenalin rombongan.
Sungguhpun demikian, setiba di desa Tumbang Anoi rasa cape dan lelah tadi terobati upacara adat dan kesenian khas komunitas setempat menyambut kedatangan ribuan peserta dari seluruh Kalimantan dan Nusantara bahkan dari manca negara yang menghadiri acara napak tilas peristiwa rapat besar (rapat hai) bangsa Dayak 120 tahun silam tersebut.
Konon rapat itu sendiri dikoordinir oleh seorang Damang yang beranama Damang Batu yang sekarang ini oleh pemerintah dan warga Gunung Mas dibadikan menjadi nama kecamatan di tempat tersebut, menurut versi pemerintah Hindia Belanda  rapat damai bangsa Dayak tersebut difasilitasi oleh pihak pemerintah Hindia Belanda yang tujuannya untuk menghentikan permusuhan antara sesama bangsa Dayak dan antara bangsa Dayak dengan bangsa Belanda.
Adapun permusuhan antara sesama bangsa Dayak dikala itu adalah bentuk “ngayau” , yaitu saling serang, saling bunuh dengan cara memenggal kepala antar suku, sementara permusuhan dengan bangsa Belanda adalah bentuk perlawan bangsa Dayak terhadap pemerintah Hindia Belanda. Rapat Damai Tumbang Anoi untuk mengakhir semua bentuk permusuhan tadi, disatu pihak agar bangsa Dayak semakin bermartabat, damai, terjalin kebersamaan sesama bangsa Dayak,  sementara disisi lain bagi pemerintah Hindia Belanda (Campany) diharapkan dari hasil rapat damai tersebut dapat menjalankan misi mereka di tanah Dayak. (j/1).